Bertemu kertas kosong lagi.. Yeah. Hari ini gue mau belajar
menulis, awalnya sih ingin mencari materi buat stand up comedy Show besok sabtu
malam. Tapi belum dapat inspirasi jadinya ya tulis aja. Seperti yang di bilang
sama dosen bimbingan penulis saya Om Kunto. Om Kunto, nama yang aneh, orang nya
juga gak kalah anehnya. Namun beliau adalah salah satu manusia gila, yang dapat
memerintahkan saya menulis, padahal saya termasuk orang yang paling tidak suka
menulis.
Pagi ini Saya di temani oleh dua batang rokok, yang dibeli
ketengan. Maklumlah anak kos uang sakunya terbatas. Dan segelas kopi Good Day
Coolin panas yang ketika diseruput, ada sensasi dingin merasuk ke tenggorokan.
Tenggorokan apa kerongkongan? Gak taulah, saya bukan anak biologi. Hahaha.
Tiba-tiba, saya di chat sama Hana seorang wanita yang cantik
dan juga imut, serta sering sekali memberikan perhatian kepada saya. “Kak,
kenapa gak masuk? Buruan masuk gih.. Ada proyek” Tulisnya di chat itu. Saya
merasa malas sekali untuk masuk kelas hari ini, entah kenapa saya merasa kuliah
kali ini seperti bermain-main saja. Oh ya, saya kuliah di STIEBBANK Yogyakarta,
yang katanya “Kampus Pencetak Pengusaha”
Saya merasa bangga kuliah di kampus ini, kampus pencetak
pengusaha. Tapi sampai saat ini, mahasiswanya satu persatu mengundurkan diri
secara tertib. Saya tidak mengerti, apakah memang karena mahasiswanya yang
tidak tahan, atau karena kampusnya yang salah. Terserah, bagi saya, selama
beberapa orang pengusaha hebat yang kuliah disini tidak mengundurkan diri, saya
akan tetap bertahan disini. Setidaknya, orang hebat saja tidak mengundurkan
diri, kenapa saya harus?
Masih sambil chat dengan Hana, kali ini saya menyuruhnya
untuk fokus mengerjakan tugas kuliah, sedangkan saya fokus untuk menulis ini.
Hahaha. Hal yang aneh, terkadang hal ini yang membuat diri saya merasa aneh dan
merasakan sensasi-sensasi baru dalam hidup.
Ternyata saya tidak sendirian yang bolos, ada teman sekelas
saya Hasan yang juga datang terlambat. Hahaha. Kenapa harus bangga ya? :D Oh
ya, Hasan ini adalah salah satu teman saya yang sangat berbakat dibidang seni
musik. Dengan gitar kesayangannya yang selalu dia bawa kemana-mana, yang
harganya mungkin diatas 2 juta-an. Hasan selalu membawa sensasi ceria di
kampus, satu petikan jari tangannya yang mahir memainkan gitar, bisa membawa
suasana happy terbawa alunan musik yang enak untuk di dengar.
“San, Kenapa gak masuk?” tanya saya ketika dia datang ke
arah saya dengan membawa segelas energen coklat hangatnya. “Gua ada urusan
dengan Tuhan bro, baru aja dipanggil Tuhan” jawabnya dengan senyuman simpul
hangat menodong ke arah saya. Saya membalas senyumnya dengan perasaan yang
tergelitik, Tuhan bisa memanggil ciptaannya dan mengembalikannya dengan nyawa
yang utuh. :D
Kembali dengan kesibukan dan aktifitas masing-masing. Hasan
sibuk menelpon kliennya, sedangkan saya sibuk menulis cerita ini. Sibuk?
Hahaha. Terkadang ini aneh, ini hanya kegiatan selingan yang menciptakan kata
dari pikiran. Ini gak sibuk, tapi menyenangkan. J
menulis itu menyenangkan. Dan tidak terasa, sudah berapa paragraf yang telah
saya tulis. Ada yang menghitung? :D
Selesai dengan kesibukannya, Hasan menawarkan bermain
badminton di gereja depan. Dan saya meng-iyakan. Kembali kita bercerita dan
mengobrol sedikit yah, mungkin obrolannya terlalu panjang untuk diceritakan.
Beberapa menit menunggu, tanpa inspirasi...
Tiba-tiba Hasan mengeluarkan gitar kesayangannya dan
melantunkan sebuah lagu, Dealova. Sepertiya dia bisa membaca situasi dan
memecah keheningan, atau memang jari-jarinya sudah gatal untuk bermain bersama
gitar kesayangannya. Yang jelas, saya mendapat inspirasi lagi buat menulis.
Hahaha.
Semakin lama, semakin saya mengikutinya untuk menyanyi,
walau hanya menyanyi di dalam hati. Tidak terasa juga, kepala saya seperti
terhipnotis bergoyang mengikuti alur musik yang dimainkan Hasan. Memang benar,
musik itu bisa menghipnotis. Dan saya termasuk salah satu orang yang
menikmatinya.
Sambil mendengarkan musik, saya terfokus melihat handphone
saya yang dari tadi membisu. Kemana Hana? Kemana Maria? Yang tadi chat, namun
gak dibales lagi? Ahh sudahlah, mungkin mereka berdua ada kesibukan yang
menyenangkan dikelas, atau juga kesibukan yang membosankan.
Hari ini kuliah apa ya? Saya ingat, hari ini ada mata kuliah
Aplikom, Aplikasi Komputer Bisnis. Saya ingat dosennya bernama pak Djaja. Dosen
yang menurut saya orang yang cerdas dalam hal akademik, namun dalam hal
kekuatan sosial ada mahasiswa di kelas kami yang dapat mengalahkannya. Yah
begitulah, terkadang teman-teman dikelas menganggapnya seorang dosen yang tidak
ingin dikalahkan oleh mahasiswa, karena setiap ada pertanyaan pak Djaja selalu
saja dapat menjawabnya dengan singkat, padat, dan jelas, yang kadang membuat
teman-teman saya jengkel.
Lebih enak diluar kelas apa didalam? Ini mungkin pertanyaan
fatamorgana. Mungkin bagi yang berada di dalam ruangan, ketika ruangan terasa
membosankan mereka berteriak di dalam hati “Aku ingin keluarrr!!”. Atau mereka
tidak memperhatikan pelajaran sambil menatap kosong keluar kelas dan bergumam
“Kapan kuliah ini berakhir”.
Bagi yang berada diluar kelas, seperti aku dan Hasan. Tidak
ada pemandangan yang menarik di luar kelas. Apalagi kampus STIEBBANK ini kecil.
Hanya ada beberapa tukang yang sedang mengerjakan pekerjaan gazebo. Lihatlah
tukang-tukang itu, bekerja dengan santai pelan, mungkin terlalu pelan untuk
seorang tukang. Mungkin mereka menikmati pekerjaannya, sebagai Tukang.
Seharusnya saya duduk disini mencari inspirasi untuk membuat
materi stand up comedy, apa yang terjadi? Saya sudah membuat cerita ini sampai
disini. Cukup panjang untuk seorang pemula. Tampaknya ini perlu diapresiasi,
mungkin akan saya kirimkan ke Om Kunto agar bisa di koreksi oleh beliau, atau
mungkin diacak-acak oleh beliau. Terserah, saya senang punya guru seperti
beliau. Guru yang keren, Om yang aneh. Karena saya termasuk salah satu spesies
manusia yang aneh bagi orang-orang diluar sana. Tapi saya menikmatinya.
Hey, seandainya kamu duduk disini bersama saya, kamu akan
menikmati alunan musik yang indah yang dimainkan Hasan. Dia sedang mengasah skill
melodinya di dekat saya, yah tepat di dekat saya. Saya pun terpengaruh untuk
mendengarkan, dan tentunya gratis. Hahaha. Gratis.. Mental gratisan. J
Saya pun mengambil sebatang rokok lagi, ini sebatang rokok
yang terakhir untuk selamanya. Karena saya sudah bertekat untuk tidak merokok
lagi. Bukan karena saya peduli kesehatan, tapi karena saya sampai sekarang
belum menghasilkan uang sepeserpun. Selama 3 bulan disini kota Yogyakarta,
sudah 3 juta lebih hutang yang saya tumpuk. Gila.. Kalo ada seminar yang menyuruh
saya untuk menjadi orang gila, mungkin pembicaranya akan saya tampar! Tidak ada
orang gila yang sukses, Orang gila selalu menjadi gelandangan yang telanjang di
pinggir jalan. Atau mungkin berada terkurung di Rumah Sakit Jiwa.
Orang-orang sukses diluar sana bukanlah orang Gila. Mereka
lah orang-orang yang hebat, disebut gila padahal sebenarnya mereka sadar. Orang
awam yang mendengar kalo orang sukses adalah orang yang gila, akan mensugesti
di pikiran alam bawah sadarnya “aku harus menjadi orang Gila”. Seperti yang
saya lakukan dulu, saat tamat SMA.
Hey bung, tidak semua orang yang mendengarkan seminarmu
orang yang cerdas. Tidak semua orang yang mendengarkan celoteh gilamu orang
yang kritis. Ini teriakan dalam hati saya, ada banyak orang diluar sana yang
mudah tersugesti, mudah terhipnotis, dan mudah percaya tanpa banyak pikir
panjang. Kasian, ketika mereka ingin mengubah nasib mereka, mereka malah
tersesat di ranah berfikir yang absurd. Sudahlah, emosi saya langsung naik
ketika menuliskan ini. Mungkin karena saya dulu adalah korban seminar.
Hahahaha.
Kembali lagi saya mendengarkan musik dari Hasan, Kali ini
lagu nya Malik tanpa judul. Teringat kembali saat masa Jomblo, jauh sebelum
saya mengenal game of relationship, sebuah permainan yang membuat hidupmu lebih
menyenangkan bahkan saat kamu tidak memiliki pacar, yang membuat semua wanita
mendekat kepadamu. Ahh, sebuah permainan yang indah. Sekarang, beberapa teman saya di kampus ini
meminta saya untuk mengajarkan mereka permainan ini. Permainan orang gila.
Hahahaha. Gak nyambung...
Ternyata kelas Aplikom sudah bubar, benar tebakan saya.
Anak-anak kelas tidak fokus memperhatikan
pelajaran. Ketika ditanya gimana pelajaran, jawabnya selalu sama “Gw
tidak terlalu memperhatikan bro..” hahaha. Sungguh gila. Gak nyambung...