Selasa,
19 November 2013 adalah hari ulang tahun ku. Ada yang berbeda pada ulang
tahunku kali ini. Tidak ada lagi lagu ulang tahun, yang aku pikir lagunya itu
terlalu usang. Tidak ada kado, yang dulunya aku selalu mendapatkannya. Di ultah
ku yang ke 22 ini aku hanya merayakannya secara kecil-kecilan, bersama beberapa
teman-temanku di kontrakan. Ultah yang
biasa namun terasa menggigit, dan menggelitik.
Seperti
biasa, aku selalu mengecek social media acap kali membuka mata saat subuh. Hari
itu, sudah ada beberapa teman jauh yang mengucapkan selamat ulang tahun di
facebook ku. Ada yang memang ingat, dan ada juga yang diingatkan oleh
pemberitahuan berita melalui facebook. Sepertinya manusia sekarang tidak
diwajibkan untuk mengingat lagi hari ulang tahun ya, hanya sekedar tegur sapa,
karena bahagia seseorang tidak di dapat dari ulang tahunnya.
Jeebb...
Jeeebbb.. Getar HP androidku. Sambil terkantuk-kantuk aku mengeceknya, ada satu
sms yang masuk. Namun tidak langsung aku buka, karena malam itu menunjukkan
pukul 02.00 pagi. Siapa orang yang kurang kerjaan sms sepagi ini. Aku segera
melanjutkan tidurku yang tertunda. Tunggu, aku masih penasaran dengan sms itu.
Aku pun membalikkan tubuh berusaha untuk sadar sepenuhnya, dan kemudian meraih
hape ku. Ternyata, ucapan selamat ulang tahun dari si Getoek, dan aku pun
tersenyum seketika.
Teringat
awal pertama kali aku berjumpa dengan seorang gadis cantik, berkulit kuning
langsat, memiliki bentuk wajah yang oval halus, tidak ada satupun jerawat yang
berani menempel di wajahnya. Dipadu dengan balutan jilbab yang rapi, dan sebuah
kacamata lucu khas, yang mencerminkan dia adalah orang yang rajin dan juga
pandai. Namanya adalah Novita Sari, namun teman-temannya biasa memanggilnya
dengan sebutan Getuk.
Aku dan
Getuk adalah teman dekat, sudah sekitar 4 tahun kami selalu bersama. Dia juga
ulang tahun hari ini, kami terlahir dengan tanggal lahir yang sama. Karena aku
terlahir pada pukul 2 malam. Maka aku menganggapnya seorang adik. Namun, ulang
tahun kali ini aku berada di Jogja melanjutkan pendidikan ku. Sedangkan dia
berada di Palembang, kota kelahiran nya. Jauh, tapi terasa kehangatan senyumnya
berada disini saat dia mengucapkan selamat ulang tahun walau hanya lewat sms.
Hari
pun berlanjut, aku diberitahu kabar bahwa hari ini Alip sengaja mengundangku
kekontrakannya, hanya untuk memasak pindang kesukaanku. Alip tidak biasa
memasak, bahkan mungkin dia ketakutan untuk memasak, namun karena berjanji
untuk memasakkan masakan enak saat aku ulang tahun, dia pun rela berkorban
waktu dan tenaga untuk memasak.
Yah,
hari ini sangat menyenangkan ketika kau tau orang yang kamu suka memberikan
sebuah surprise. Walau hanya sebuah pudding coklat yang ueennaakk banget.
Eh, kok
tulisanku berasa formal banget ya.. Hahaha. Inilah akibat kalo menulis tengah
malam, lagi ngantuk dan gak ada kopi.
Kopi mana kopi?? Kopiiiii... :D
Cerita
berlanjut...
“Kakak,
gimana masakanku?” Tanya Alip dengan muka polos sekaligus cemasnya, menantikan
aku menangggapi hasil masakannya hari ini.
“Enak,
tapi siapa yang bikin sambel?” Tanya ku dengan maksud menghilangkan rengekan si
Alip. Karena ku tau, yang bikin sambel bukan Alip.
“Yang
bikin sambelnya Maul, kenapa hayo? Suka yaa? Hihihihi” Seringainya dengan nada
menggoda.
“Iya..”
Jawabku datar, seketika aku melirik Maul. Yang dari tadi memandang kami dengan
tatapan mata seolah-olah kosong.
Kemudian
aku meraih tangan si Maul, memegangnya dengan erat. Tapi tatapanku masih
melihat sekeliling kontrakan. Memperhatikan teman-teman yang lain yang kemudian
berkumpul untuk merayakan hari ulang tahunku. Menunggu dipersilahkan makan,
tepatnya..
“Sebelum
makan, mari kita sama-sama berdo’a. Ayo do’akan saya agar selalu komitmen untuk
menjadi orang yang sukses”. Kataku dengan lantang sebelum teman-teman yang lain
memainkan jari-jemarinya untuk mengambil makanan.
“Selamat
makan kakak” Kata Inta, gadis cantik sok imut yang kadang kala galak dan jutek
kepadaku. Kali ini dia bertingkah baik, mungkin karena aku ulang tahun. Atau
mungkin memang sekarang hatinya lagi baik.
Kuperhatikan
lagi sekeliling ruangan, baru kusadari kalau ternyata aku adalah seorang
laki-laki sendirian, karena teman-teman yang lain semuanya perempuan. Oh bukan,
masih ada Teguh temanku laki-laki yang dari tadi seolah tidak diperhatikan.
Selesai
makan, si Maul dengan gerak gerik yang mencurigakan mengusirku untuk keluar
kontrakan sebentar. Ada hal yang ingin dikerjakan katanya. Karena dia sudah
terbiasa mengusirku, dan juga karena aku sudah terbiasa diusir, jadi hal ini
sudah menjadi kebiasaan. << Kata-kata yang rancu!! :D
Benar
tebakanku, ternyata dia telah menyediakan surprise untukku. Dengan muka yang
tampak gugup dan gemetaran, dia keluar dari dapur sambil membawakan sepiring
puding, yang diatasnya terdapat enam buah lilin, tiga diantaranya menyala...
Hahaha.. Saking gugupnya kali yaa. :D
Dengan
gaya sok santai aku mengeluarkan korek api dari saku celana jeans ku, kemudian
perlahan menyalakan tiga buah lilin yang mati. Sambil kupegang tangan si Maul,
menatap dalam matanya, dan kurasakan tangannya yang dingin perlahan menghangat.
Sambil malu-malu, Maul melemparkan senyuman yang lebih mirip dengan seringai
kepadaku. Tak berani menatap mataku lama-lama.. Oh, betapa indah nya moment
ini. Betapa aku menikmatinya..
Sambil
berbisik “Happy Birthday Kak” Maul membuatku mati gaya. Lupa sesaat apa yang
harusnya aku lakukan. Kulihat sekeliling, ternyata sudah ada Alip, Inta dan
Fitri. Berdiri melingkar seakan sedang menyaksikan sebuah drama korea dari
jarak dekat. Berdiri sambil menahan
senyuman, seolah sedang menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Wooosshhhh..
Kutiup lilin di atas puding itu. Terdengar suara tepuk tangan dari ketiga
makhluk kecil bermata dan bersuara ini. Mereka bertiga tidak terlihat, seolah
disana aku berdiri menghadap Maul, berdua saja...
‘to be
continued....’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar