Selasa, 19 November 2013

Hanya Sekedar Menulis

           Bertemu kertas kosong lagi.. Yeah. Hari ini gue mau belajar menulis, awalnya sih ingin mencari materi buat stand up comedy Show besok sabtu malam. Tapi belum dapat inspirasi jadinya ya tulis aja. Seperti yang di bilang sama dosen bimbingan penulis saya Om Kunto. Om Kunto, nama yang aneh, orang nya juga gak kalah anehnya. Namun beliau adalah salah satu manusia gila, yang dapat memerintahkan saya menulis, padahal saya termasuk orang yang paling tidak suka menulis.
           Pagi ini Saya di temani oleh dua batang rokok, yang dibeli ketengan. Maklumlah anak kos uang sakunya terbatas. Dan segelas kopi Good Day Coolin panas yang ketika diseruput, ada sensasi dingin merasuk ke tenggorokan. Tenggorokan apa kerongkongan? Gak taulah, saya bukan anak biologi. Hahaha.
Tiba-tiba, saya di chat sama Hana seorang wanita yang cantik dan juga imut, serta sering sekali memberikan perhatian kepada saya. “Kak, kenapa gak masuk? Buruan masuk gih.. Ada proyek” Tulisnya di chat itu. Saya merasa malas sekali untuk masuk kelas hari ini, entah kenapa saya merasa kuliah kali ini seperti bermain-main saja. Oh ya, saya kuliah di STIEBBANK Yogyakarta, yang katanya “Kampus Pencetak Pengusaha”
           Saya merasa bangga kuliah di kampus ini, kampus pencetak pengusaha. Tapi sampai saat ini, mahasiswanya satu persatu mengundurkan diri secara tertib. Saya tidak mengerti, apakah memang karena mahasiswanya yang tidak tahan, atau karena kampusnya yang salah. Terserah, bagi saya, selama beberapa orang pengusaha hebat yang kuliah disini tidak mengundurkan diri, saya akan tetap bertahan disini. Setidaknya, orang hebat saja tidak mengundurkan diri, kenapa saya harus?
           Masih sambil chat dengan Hana, kali ini saya menyuruhnya untuk fokus mengerjakan tugas kuliah, sedangkan saya fokus untuk menulis ini. Hahaha. Hal yang aneh, terkadang hal ini yang membuat diri saya merasa aneh dan merasakan sensasi-sensasi baru dalam hidup.
            Ternyata saya tidak sendirian yang bolos, ada teman sekelas saya Hasan yang juga datang terlambat. Hahaha. Kenapa harus bangga ya? :D Oh ya, Hasan ini adalah salah satu teman saya yang sangat berbakat dibidang seni musik. Dengan gitar kesayangannya yang selalu dia bawa kemana-mana, yang harganya mungkin diatas 2 juta-an. Hasan selalu membawa sensasi ceria di kampus, satu petikan jari tangannya yang mahir memainkan gitar, bisa membawa suasana happy terbawa alunan musik yang enak untuk di dengar.
“San, Kenapa gak masuk?” tanya saya ketika dia datang ke arah saya dengan membawa segelas energen coklat hangatnya. “Gua ada urusan dengan Tuhan bro, baru aja dipanggil Tuhan” jawabnya dengan senyuman simpul hangat menodong ke arah saya. Saya membalas senyumnya dengan perasaan yang tergelitik, Tuhan bisa memanggil ciptaannya dan mengembalikannya dengan nyawa yang utuh. :D
              Kembali dengan kesibukan dan aktifitas masing-masing. Hasan sibuk menelpon kliennya, sedangkan saya sibuk menulis cerita ini. Sibuk? Hahaha. Terkadang ini aneh, ini hanya kegiatan selingan yang menciptakan kata dari pikiran. Ini gak sibuk, tapi menyenangkan. J menulis itu menyenangkan. Dan tidak terasa, sudah berapa paragraf yang telah saya tulis. Ada yang menghitung? :D
Selesai dengan kesibukannya, Hasan menawarkan bermain badminton di gereja depan. Dan saya meng-iyakan. Kembali kita bercerita dan mengobrol sedikit yah, mungkin obrolannya terlalu panjang untuk diceritakan.

          Beberapa menit menunggu, tanpa inspirasi...

            Tiba-tiba Hasan mengeluarkan gitar kesayangannya dan melantunkan sebuah lagu, Dealova. Sepertiya dia bisa membaca situasi dan memecah keheningan, atau memang jari-jarinya sudah gatal untuk bermain bersama gitar kesayangannya. Yang jelas, saya mendapat inspirasi lagi buat menulis. Hahaha.
Semakin lama, semakin saya mengikutinya untuk menyanyi, walau hanya menyanyi di dalam hati. Tidak terasa juga, kepala saya seperti terhipnotis bergoyang mengikuti alur musik yang dimainkan Hasan. Memang benar, musik itu bisa menghipnotis. Dan saya termasuk salah satu orang yang menikmatinya.
             Sambil mendengarkan musik, saya terfokus melihat handphone saya yang dari tadi membisu. Kemana Hana? Kemana Maria? Yang tadi chat, namun gak dibales lagi? Ahh sudahlah, mungkin mereka berdua ada kesibukan yang menyenangkan dikelas, atau juga kesibukan yang membosankan.
Hari ini kuliah apa ya? Saya ingat, hari ini ada mata kuliah Aplikom, Aplikasi Komputer Bisnis. Saya ingat dosennya bernama pak Djaja. Dosen yang menurut saya orang yang cerdas dalam hal akademik, namun dalam hal kekuatan sosial ada mahasiswa di kelas kami yang dapat mengalahkannya. Yah begitulah, terkadang teman-teman dikelas menganggapnya seorang dosen yang tidak ingin dikalahkan oleh mahasiswa, karena setiap ada pertanyaan pak Djaja selalu saja dapat menjawabnya dengan singkat, padat, dan jelas, yang kadang membuat teman-teman saya jengkel.
             Lebih enak diluar kelas apa didalam? Ini mungkin pertanyaan fatamorgana. Mungkin bagi yang berada di dalam ruangan, ketika ruangan terasa membosankan mereka berteriak di dalam hati “Aku ingin keluarrr!!”. Atau mereka tidak memperhatikan pelajaran sambil menatap kosong keluar kelas dan bergumam “Kapan kuliah ini berakhir”.
               Bagi yang berada diluar kelas, seperti aku dan Hasan. Tidak ada pemandangan yang menarik di luar kelas. Apalagi kampus STIEBBANK ini kecil. Hanya ada beberapa tukang yang sedang mengerjakan pekerjaan gazebo. Lihatlah tukang-tukang itu, bekerja dengan santai pelan, mungkin terlalu pelan untuk seorang tukang. Mungkin mereka menikmati pekerjaannya, sebagai Tukang.
                Seharusnya saya duduk disini mencari inspirasi untuk membuat materi stand up comedy, apa yang terjadi? Saya sudah membuat cerita ini sampai disini. Cukup panjang untuk seorang pemula. Tampaknya ini perlu diapresiasi, mungkin akan saya kirimkan ke Om Kunto agar bisa di koreksi oleh beliau, atau mungkin diacak-acak oleh beliau. Terserah, saya senang punya guru seperti beliau. Guru yang keren, Om yang aneh. Karena saya termasuk salah satu spesies manusia yang aneh bagi orang-orang diluar sana. Tapi saya menikmatinya.
                Hey, seandainya kamu duduk disini bersama saya, kamu akan menikmati alunan musik yang indah yang dimainkan Hasan. Dia sedang mengasah skill melodinya di dekat saya, yah tepat di dekat saya. Saya pun terpengaruh untuk mendengarkan, dan tentunya gratis. Hahaha. Gratis.. Mental gratisan. J
Saya pun mengambil sebatang rokok lagi, ini sebatang rokok yang terakhir untuk selamanya. Karena saya sudah bertekat untuk tidak merokok lagi. Bukan karena saya peduli kesehatan, tapi karena saya sampai sekarang belum menghasilkan uang sepeserpun. Selama 3 bulan disini kota Yogyakarta, sudah 3 juta lebih hutang yang saya tumpuk. Gila.. Kalo ada seminar yang menyuruh saya untuk menjadi orang gila, mungkin pembicaranya akan saya tampar! Tidak ada orang gila yang sukses, Orang gila selalu menjadi gelandangan yang telanjang di pinggir jalan. Atau mungkin berada terkurung di Rumah Sakit Jiwa.
              Orang-orang sukses diluar sana bukanlah orang Gila. Mereka lah orang-orang yang hebat, disebut gila padahal sebenarnya mereka sadar. Orang awam yang mendengar kalo orang sukses adalah orang yang gila, akan mensugesti di pikiran alam bawah sadarnya “aku harus menjadi orang Gila”. Seperti yang saya lakukan dulu, saat tamat SMA.
               Hey bung, tidak semua orang yang mendengarkan seminarmu orang yang cerdas. Tidak semua orang yang mendengarkan celoteh gilamu orang yang kritis. Ini teriakan dalam hati saya, ada banyak orang diluar sana yang mudah tersugesti, mudah terhipnotis, dan mudah percaya tanpa banyak pikir panjang. Kasian, ketika mereka ingin mengubah nasib mereka, mereka malah tersesat di ranah berfikir yang absurd. Sudahlah, emosi saya langsung naik ketika menuliskan ini. Mungkin karena saya dulu adalah korban seminar. Hahahaha.
              Kembali lagi saya mendengarkan musik dari Hasan, Kali ini lagu nya Malik tanpa judul. Teringat kembali saat masa Jomblo, jauh sebelum saya mengenal game of relationship, sebuah permainan yang membuat hidupmu lebih menyenangkan bahkan saat kamu tidak memiliki pacar, yang membuat semua wanita mendekat kepadamu. Ahh, sebuah permainan yang indah.  Sekarang, beberapa teman saya di kampus ini meminta saya untuk mengajarkan mereka permainan ini. Permainan orang gila. Hahahaha. Gak nyambung...
Ternyata kelas Aplikom sudah bubar, benar tebakan saya. Anak-anak kelas tidak fokus memperhatikan  pelajaran. Ketika ditanya gimana pelajaran, jawabnya selalu sama “Gw tidak terlalu memperhatikan bro..” hahaha. Sungguh gila. Gak nyambung...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar