Kamis, 28 November 2013

Happy Writing!

"Aku heran di jaman modern sekarang ini, banyak anak muda menghindari hujan. Alasannya, hujan membuat sedih karena teringat mantan. Hujan membuat mu menangis, memeras semua luka dalam hati. Hujan membuat kerinduan pun membusuk. Karena tiada orang yang dapat dirindu. Sendiri selamanya..

Apalagi di sosial media, beberapa remaja selalu mengupdate status yang terbilang galau. "Hujan ini membunuhku" tulis salah satu remaja yang terukir di TimeLine (TL) twitterku. Yah, selamanya kamu akan galau, kalau galaunya di galauin. Iya kan?  :)

Berbeda lagi dengan beberapa pedagang di sekitar rumahku. Ada beberapa yang mengeluh, ada juga yang senang. Seperti penjual angkringan misalnya, bisa saja dia mengeluh karena pelanggan yang datang hanya beberapa saja.

Memaknai hujan hendaknya jangan hanya dilihat saat terjadi hujan saja. Alangkah baiknya bersyukur, dan melihat kedepan apa yang dihasilkan oleh hujan. Beberapa penjual jas hujan mulai dikunjungi pelanggan. Aku termasuk salah satu pelanggan yang membeli. :D

Hujan membawa berkah, sungai yang mulai dialiri lebih banyak air. Petani mendapat cukup pengairan. Dan lain sebagainya.."

Hahaha. Aku tertawa saja melihat tulisanku di atas, sungguh tak tentu arah. Ini sebenarnya tulisan apa? Mau bercerita tapi bercampur dengan style deskriptif.

Inilah akibatnya kalau pemula disuruh menulis bebas. Bebas berkehendak membuat tulisan, sebebas akalnya berkelana. Tidak ada batasan-batasan yang mampu menghalangi kegilaannya. Sepuas hati memainkan tangan, menggiring kata-kata, membiarkan kalimat demi kalimat menari di atas kertas. Tapi sebenarnya, ini ada di layar komputer.. hehehe.

Aku mendapat proyek pembuatan novel fiksi bergenre remaja. Entah ide gila apa lagi yang betah mampir ke dalam otakku. Tetap saja aku menerima mereka layaknya seorang tamu, tamu adalah raja. Dalam hal ini, ide bagaikan raja. Buntu ide, rajapun buntu. Kalo raja buntu, kenapa kita tidak melaksanakan pemilu? ;)

Semoga saja, tulisanku ini membawa semangat yang lebih, untuk bergiat menulis novel pertamaku. Semoga saja, kamu yang membacanya mendo'akan dan mengaminkan. Ketika sudah terbit, jangan lupa membeli ya!! Ada banyak kejutan-kejutan yang bakal kamu temuin di sana..

Happy writing..

Thank you,
Bara Lavashva.

Selasa, 26 November 2013

Kado Istimewa

Aku melihat sekotak kado tergeletak kaku di sudut meja kerjaku. Masih terbungkus rapi, sangat sungkan mengeluarkan isinya. Malas, hanya diisi dengan setumpuk nostalgia.

Kado ini membawa keceriaan dan rasa tersendiri saat aku menerimanya. Barangkali, saking sepinya hari ulang tahunku. Tapi aku bersyukur, masih ada orang yang begitu peduli denganku. Walau bagaimanapun keadaanku saat ini. Entah benar-benar peduli, ataukah hanya basa-basi belaka. Aku tetap percaya, Tuhan akan membuat hidupku lebih indah.

Ulang tahunku jatuh pada tanggal 19 November, dan aku menerima kado ini esok harinya. Menggelitik, ketika Mas Iwan (satpam kampus kami) memanggilku saat aku baru mau masuk kelas. "Bar, kemaren ada kiriman buat kamu. Tapi aku gak tau pasti itu buat kamu atau bukan."  Katanya serius. " Serius mas Iwan?" Kaget, aku pun mencoba meyakinkan diriku.

Tidak ada kabar apapun dari orang2 terdekatku, tiba-tiba dapat Informasi dari kampus, aku mendapat paket kiriman. Aku tak percaya. Aku kemudian mengirimkan sms ke beberapa teman-teman dekatku di Sumatera. Termasuk Nuccha, seorang gadis cantik berjilbab yang pernah berbagi kebahagiaan bersamaku.

Tak lama kemudian, mas Iwan kembali menghampiriku. "Bar, paket itu bukan untuk kamu. Kemaren katanya sudah di ambil oleh orang yang punya". Oh, bukan pikirku. Aku telah terlanjur berharap paket itu adalah untukku. Senyum lesu pun terukir diwajahku, lemas.

Namun, sms ku di balas oleh Nuccha. "Iya, Kok kamu tau aku yg ngirim paket? Seharusnya udah sampe 2 hari yg lalu lho."
Mungkin wajahnya tetap tenang saat membalas sms ku ini. Yah, tidak ada berita apapun sebelumnya. Mungkin dia bermaksud untuk surprise. Kejutan yang terlambat. :)

Aku berlari mengejar mas Iwan yang terlanjur pergi. Menangkapnya dan bilang kalau kado itu memang untukku. Mas Iwan lalu mengajakku ke kantor STIEBBANK untuk mengambilnya. Ternyata, aku bersyukur kadonya masih ada. Dengan perasaan lega dan terharu aku menerima kado itu.. Menunggu waktu yang tepat untuk membukanya. Aku bahagia hari ini, wajahku mengeluarkan aura yang segar. Aku melangkah menuju kelasku dengan perasaan puas dan senang.

Sekarang, beberapa isi kado itu berserakan di depanku. Setidaknya, isinya tidak sesuai dengan kenyataan sekarang. Aku mengambil sebuah buku nostalgia yang tampaknya di buat dengan tangan Nuccha sendiri. Membuka lembar kedua, dan membaca puisi darinya. Ah bukan puisi, cuma beberapa bait kata cinta.

"Aku mencintaimu... dengan kaki, ku akan berdiri di sampingmu dengan penuh kepercayaan diri, membiarkanmu menentukan arah, dan mengikuti saranmu". Kata-kata terakhir dari bait kata cinta itu. Aku bertanya-tanya dalam hati, benarkah?

Membiarkanmu menentukan arah, kata-kata ini adalah senjata untuknya. Ketika aku mengubah haluan dan arah hidupku. Ikutkah? Pada kenyataannya tidak. Manusia bodoh mana yang mau mengikuti kehidupan orang gila dengan pemikiran liarnya. Aku adalah orang gila itu, aku berfikir liar. Banyak wanita yang takut untuk hidup berdampingan denganku. Mereka kemudian Menyerah!!

Aku hanyalah orang yang berusaha bangkit. Aku bisa melihat orang-orang yang datang mendukung, dan orang-orang yang pergi.  Keadaanku sekarang, bukan diriku yang sekarang. Keadaanku sekarang, adalah cerminan diriku di masa lalu. Aku yang sekarang, bisa kau lihat di masa depan. Tapi sanggupkah engkau melihat? Pikir ku kembali memberontak liar.

Pagi ini pun, aku masih teringat bau parfum yang selalu dipakainya. Mungkin terlalu kuat menempel di memoriku, sehingga seolah dia ada disini. Memelukku dengan hangat, ahh hanya dalam pikiranku saja. Sudah hampir 2 tahun berlalu sejak aku mengenalnya. Wajar saja kalau masih membekas di kepalaku.

Membuka lembar-lembar berikutnya, membuatku sedikit tertawa. Sudah terlalu keras berjuang di Jogja ini ternyata, sampai diingatkan dengan nostalgia-nostalgia yang lucu. Teringat dengan kendaraanku dulu, "Tongkang" motor Win butut yang selalu membanggakanku. Banyak kenangan melekat bersama sepeda motor ini. Mogok, Nabrak Sapi, Rantai Putus, sampai beberapa temanku rebutan untuk meminjamnya ke kampus. Sungguh gila..

Lembar terakhir, lembar yg ditulis sendiri olehnya. "Aku cuma bisa ingetin dari sini dan doain kamu, support kamu.. dan yang pasti sesibuk apapun jangan lupa hubungi aku yah" terlulis dengan sangat rapi. Sangat lancar. Mengiang di kepalaku.. kata-kata sesibuk apapun jangan lupa hubungi aku..

Ingin rasanya bertanya, kemana kamu saat aku mencoba menghubungi? Ahh Sudahlah.. wanita tidak mau disalahkan soal ini.

Menutup lembaran di buku itu. Aku semakin sadar. Manusia selalu berubah. Manusia selalu mencari hal-hal yang menguntungkan baginya. Tidak pria maupun wanita, sama saja. Tidak ada yang mau disalahkan soal ini. Karena ini suatu hal yang alami, wajar. Sistem bertahan hidup yang dimiliki oleh manusia penyebabnya..

Tidak akan ada orang yang bertahan dalam satu hubungan, kalau dia merasa tidak hidup. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang hidup..

Selesai.

Senin, 25 November 2013

Prok Prok Prok Jadi Apa....

Teringat kemarin, ketika aku dan beberapa temanku sibuk bercanda ria, hanya dengan sebuah kardus, kardus yang tidak terlalu istimewa. Tapi hanya dengan imajinasi kami, kardus ini menjadi sesuatu yang lebih dari istimewa. Bahkan menjadi sesuatu yang sangat luar biasa, yang membuat kami tertawa terbahak-bahak, sampai mengeluarkan air mata. Air mata kebahagiaan, dan ketenangan jiwa.

Sebuah permainan yang menggelitik, menghangatkan suasana, sekaligus mengasah otak yang telah lama tumpul kami mainkan. Nama permainan ini adalah "prok prok prok jadi apaa..". Benar-benar mengasah kreatifitas, ketika kami harus memainkan imajinasi, mengubah suatu benda menjadi benda lain yang berbeda dan memiliki fungsi. Serta memperagakannya agar bisa dimengerti oleh pemain lain.

Ketika giliranku tiba, sambil memutar otak. Kardus ini harus menjadi apa ya, dalam 10 detik ini. Pikirku sambil membolak balikkan kardus. Ahaa.. Ting, seperti sesuatu berdenting di kepalaku. Aku lalu menaruh kotak kardus itu ke atas kepalaku, berlagak seolah-olah kardus ini adalah sebuah helm. Sambil memperagakan sedang mengendarai sepeda motor, membuat teman-temanku tertawa.

Tiba giliran Irfan, aku melempar kardus itu kepada Irfan. Dengan santainya dia membawa kardus kearah Koko, "Bro.. Tolong dipegang sebentar" Katanya tanpa ekspresi. Kemudian, berlagak membasuh muka dan kedua tangannya, seolah-olah sedang mengambil air wudhu. "Ahaa.. Tempat air wudhu." Celetuk Koko sambil tertawa girang. Tak ada yang mampu menebak apa yang terjadi, kreatifitas Irfan mengubah kardus menjadi tempat wudhu membuat kami geleng-geleng kepala, sambil tertawa tentunya.

Keesokan harinya, permainan berlanjut di kontrakan..

Kali ini, benda yang digunakan adalah buah mangga. Kali ini lumayan susah, buah mangga sebenarnya akan jadi apa ya? pikirku. Dimulai dari Kalis, yang mengubah mangga menjadi ganjal pintu, kemudian Koko, yang mengubah mangga menjadi "isi BH". Aku, mengubah mangga menjadi lampu taman. Dirga mengubah mangga menjadi bola voli. Irfan, mengubah mangga menjadi deodoran. Begitu seterusnya, berputar sampai kreatifitas kami habis olehnya. Permainan yang sungguh konyol, namun mengasikkan. Tidak terduga, saya pun menjadi pemenangnya, ketika orang lain habis inspirasi. Kemudian menyerah dengan mengerjakan push up 5 kali.

Ronde kedua, benda yang digunakan adalah ikat pinggang. Cukup sulit bagiku, karena yang ada di dalam otakku hanyalah ular, dan sabuk. Selain itu kosong.. Ular sudah diperagakan oleh koko, sedangkan Sabuk diperagakan oleh Dirga. Nah, tiba giliranku.. Waktu singkat sekali sehingga aku tidak sempat berfikir lagi. Tanpa banyak pikir, aku melilitkan ikat pinggang itu ke leherku. Tiba-tiba ting, otakku kembali berjalan. Aku langsung memperagakan kalau aku sedang memakai kalung. hahahaha.

tidak sampai satu menit, benda itu kembali kepada ku.. Aku benar-benar kehabisan akal. Aku menyerah, aku hanya menggantung ikat pinggang tanpa tau harus memperagakan apa. Karenanya, aku terkena hukuman push up dan kalah dipertandingan ini.

Bagaimana? Kamu cukup kreatif untuk mencobanya? Silahkan ambil satu benda acak, dan imajinasikan akan menjadi benda apa berikutnya. Jika kamu sosok yang imajiner, kamu akan mudah menemukan benda lain untuk yang pertama, kedua, ketiga.. Tapi kamu belum menjadi sosok yang visioner, kalo belum menemukan sepuluh benda yang berbeda. Apalagi kamu bertanding dengan beberapa orang temanmu.

Permainan ini cukup mengasah kemampuan visual, dan kreatifitas. Karena kita harus membayangkan sesuatu, dan memperagakannya. Kemudian menyampaikannya kepada teman-teman lain. Diperlukan wawasan yang luas, pengetahuan, serta pengalaman melihat berbagai macam benda. Aku pikir, kamu cukup berpengalaman dalam hal yang sepele itu. Bagaimana kira-kira, menarik??

Silahkan mainkan bersama teman-temanmu..

Selamat bermain...

By. Bara Lavashva

Sabtu, 23 November 2013

Kardus di Alkid

Malam makin larut pengunjung pun berangsur pulang. Kami duduk disini masih sambil menyanyikan lagu-lagu pop Indonesia. Bertepuk tangan dan berusaha memeriahkan suasana. Berharap ada beberapa pengunjung yang tersisa datang dan mengisi kotak kardus yang telah disediakan. Yah itulah harapan kami, beberapa mahasiswa yang rencananya mau 'ngamen' untuk aksi sosial.

Alun-alun kidul, Yogyakarta. Salah satu objek wisata yang memikat hati pengunjung. Memikat hati kami juga, untuk menjalankan aksi sosial sekaligus menghibur diri dari kepenatan aktivitas kuliah dan kerja. Tempat yang selalu ramai pengunjung setiap malam, khususnya malam minggu. Dan juga salah satu tempat yang memutar roda perekonomian masyarakat Jogja.

Banyaknya pengunjung Alkid, begitu singkatan dari Alun-alun Kidul ini, menyebabkan juga banyak penjual jajanan yang mangkal disini. Pun beberapa pengamen juga menjual suaranya. Ada beberapa mahasiswa lain yang berjualan bunga. Dengan muka letih, namun tetap dengan rangkaian senyuman dan tawa tergambar jelas pada wajah mereka. Sungguh pemandangan yang luar biasa.

Begitu asyiknya kami berkumpul dan memainkan musik, sehingga lupa waktu dan lupa tujuan awal kami datang kesini. Sudah 2 jam berlalu, belum ada satu rupiahpun yang mampir ke kardus kami. Entah apa yang kami pikirkan, tapi kami tetap betah duduk disana. Hanya duduk, dan tidak beraksi 'ngamen' seperti banyak pengamen yang ada disini.

Aku, Hasan, Koko, Haris, Kalis, Irfan, Yudi, Desi, Ulfah, Fitri. Kami bersepuluh tetap duduk di tempat, mengobrol. Ada keinginan hati meniru pengamen-pengamen yang lebih veteran, keliling alkid menghampiri pengunjung, kemudian bernyanyi dan mendapatkan beberapa receh untuk disumbangkan. Klasik.

Ada perasaan sungkan untuk berkeliling. Entah karena kami malas, atau karena tekanan mental yang kuat. Takut ditolak, atau takut diusir, dan takut-takut yang lain perlahan menghampiri. Tujuan kami pun tersamar dan menjadi kabur, ketika beberapa teman mulai pergi berkeliling untuk jajan. Beberapa orang memisahkan diri, mungkin karena bosan.

Waktu pun menunjukkan pukul 00.00,  aku melihat sekeliling. Alkid sudah terlihat agak sepi. Pengunjung berangsur-angsur pulang. Bagaimana dengan kami? Masih menikmati musik dan obrolan yang hangat. Jelas sudah, tujuan awal sudah tidak tercapai. Akhirnya kami menghabiskan waktu disini dengan kategori baru. Dari niat Ngamen di Alkid, menjadi Nongkrong di Alkid.

Menarik, karena disini ada rasa  kebersamaan. Ada beberapa games konyol yang kami mainkan, demi menghangatkan suasana. Salah satunya game nya adalah "benda ini jadi apa".  Game yang benar-benar mengasah kreatifitas. Kamu bisa tebak? Orang se-kreatif apa yang bisa mengubah kardus, menjadi setir mobil..

To be continued.

Mie Instan Kuah Susu, Kuliner Inovatif Yogyakarta

Ada yang menarik ketika saya berpetualang menikmati kuliner di Kota Jogja. Sesuatu yang sederhana, instan, namun disajikan dengan Inovatif agar mendongkrak harga dan melipat gandakan pengunjung yang datang dengan wajah penasaran. Sederhana nikmat dan mudah ditemui itu adalah Mie Instan.

Mie Instan adalah makanan paling akrab di lidah mahasiswa. Setiap akhir bulan, beberapa mahasiswa kos seperti saya suka sekali mengoleksi berbagai macam jenis mie Instan. Mulai dari yang goreng, sampai mie dengan simulasi rasa Rendang dan lain sebagainya. Harga yang paling murah, dibandingkan makanan lain yang di jual di manapun. Dan tentunya mengenyangkan.

Walaupun sudah akrab di lidah, mie instan ini selalu saja menjadi makanan favorite. Terlebih lagi ketika ada penjual mie di pinggir jalan mengeluarkan inovasi baru yang menarik. Salah satunya adalah Mie Instan Kuah Susu Segar.

Penasaran bagaimana rasanya, saya pun bersama gerombolan teman-teman saya mendatangi warung mie Instan kuah susu di Yogjakarta. Tepatnya di Baverly Hills, Sagan Yogyakarta.

Mengejutkan saya ketika melihat cara penyajiannya yang sama sekali mirip ketika kita masak mie sendiri di rumah. Hanya semangkuk mie rebus dan telur yang dicampur, persis banget dengan mie yang biasa kamu masak dirumah. Mie telur Seadanya..

Namun, pembedanya berada di kuahnya yang unik yaitu kuah susu sapi segar. Serta di tambah daging kornet sapi yang tidak terlalu terlihat namun bisa dirasakan ketika mengunyah suapan yang pertama. Bagaimana rasanya? Berbeda dengan mie instan biasa, rasanya lebih gurih dan sedikit asin. Kuahnya yang merupakan susu sapi, membuat mie menjadi lebih lembut ketika di kunyah. Tentunya membuat mu bisa lebih cepat kenyang dari biasanya. Satu porsi bisa membuatmu bersendawa beberapa kali.

Bagaimana harganya? Tidak begitu mahal, hanya 8000 rupiah per porsinya. Cukup terjangkau bagi mahasiswa seperti saya. Kamu pun bisa membuatnya sendiri di rumah, kalau mau. Mengingat sangat sulit mencari susu segar. Terlebih, makanan ini hanya cocok bila dicampur dengan susu sapi segar. Kalau menggunakan susu kental manis? Saya belum pernah mencoba.. :)

Tidak hanya Mie kuah susu yang disediakan di Baverly Hills. Ada juga beberapa menu kreatif lain, seperti Roti Bakar Keju, Jagung Bakar Internet, dan lain sebagainya. Minumannya pun bervariasi, dari es teh sampai aneka jus. Menu minuman spesialnya adalah es tape ketan, manis, segar dan tentunya melepaskan dahaga.

Bagaimana, ingin mencoba mie kuah susu ini? Silahkan mampir ke Baverly Hills jika kamu berada di Jogja, atau silahkan berkunjung ke Kota Jogja kalau kamu berada di luar daerah. Jangan lupa untuk hunting kuliner lain di Kota ini. Happy eating!!

Sampai jumpa di ulasan kuliner berikutnya..

Original post by. Bara Lavashva
Penikmat Kuliner Indonesia.

Kamis, 21 November 2013

Fenomena Mahasiswa

“Assalamu’alaikum warrohmatullah”  aku mengucapkan salam, menandakan telah selesai menunaikan ibadah sholat Isya’. Hari ini begitu melelahkan, namun perasaan lelah ini terus bercampur dengan perasaan senang. Wajar saja, aku baru tiba dirumah sehabis nongkrong dan makan mie susu, bersama teman-teman kampus.
            Teman-teman kampus, lebih tepatnya teman-teman mahasiswa. Ada beragam mahasiswa di Indonesia ini, dari berbagai macam latar belakang suku dan keluarga. Dari berbagai provinsi mulai dari Aceh sampai Papua. Bersatu di dalam sebuah kampus, dengan masing-masing dari mereka membawa nama baik dirinya, keluarga, dan daerahnya. Mahasiswa generasi penerus bangsa.
            Mahasiswa itu, menanggung beban yang berat di pundaknya. Memegang amanah dari orang tua untuk belajar sungguh-sungguh, mencetak prestasi sebanyak-banyaknya kemudian lulus secepat nya serta mendapatkan predikat nilai terbaik untuk segera diterima kerja. Bagaimana dengan mahasiswa pengusaha? Sama saja. Tentunya setelah lulus kuliah, atau pada masa kuliah sudah mampu menyediakan lapangan kerja.
            “Mungkinkah masa depan gemilang akan kita raih, kalau sehabis kuliah kita langsung pulang? Atau nongkrong? Atau sekedar berkumpul dan berhura-hura tanpa menghasilkan sesuatu hal yang segar?” Tanyaku tajam kepada diriku sendiri. Sejenak aku terdiam dan tersentak dengan pertanyaan ini. Perlahan ku telaah lagi, apa maksud dari kata hatiku ini. Kemudian titik terang pun merangkak muncul. Jawabannya adalah mungkin saja, tapi berapa persen kemungkinannya? Berapa waktu yang dihabiskan untuk mencapai sukses? Dan berapa banyak orang yang seperti ini akan sukses? Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi. Biarkan sajalah ini menjadi misteri.
            Satu hal yang aku pelajari dari pertanyaan itu. Tidak semua orang merasa seperti itu, mungkin dari sekian banyak mahasiswa di Indonesia ini, hanya aku lah yang bertanya seperti itu kepada diriku sendiri, malam ini. Tapi tak mengapa, toh aku menemukan jawabannya. Aku hanyalah seorang manusia yang banyak kekurangan, yang terlalu sombong dan menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain. Sangat egois sampai tidak menghargai orang lain. Pernah aku belajar bahwa, ketika aku tidak menghargai orang lain, berarti aku kurang menghargai diriku sendiri.. Ternyata itu sangat benar!
            Terkadang, ada sedikit mahasiswa diluar sana yang aktif dalam organisasi. Bisa dibilang hanya 5-7 orang yang benar-benar bergerak dan berjuang, dari 1000 orang mahasiswa di kampus. 10-25 orang yang hanya ikut-ikutan organisasi, tanpa memetik satupun pelajaran disana. Kemudian sekitar 80-100 orang mahasiswa yang bekerja dan mau dipimpin oleh orang lain. Sisanya bisa dibilang, mahasiswa pasif yang kerjaannya hanya mengeluh ini itu tanpa berbuat apa-apa.
            Mengapa bisa terjadi?
            Pengaruh positif seseorang itu mudah sekali menular, apalagi pengaruh negatif. Ibarat pengaruh positif adalah kereta api, maka pengaruh negatif adalah pesawat terbang. Satu orang provokator yang mengompori mahasiswa untuk membenci dosen dan mata kuliahnya lebih diminati dari pada sepuluh mahasiswa yang aktif menyuarakan aspirasi. Fenomena yang terlihat pada mahasiswa zaman sekarang.
            Terkadang, mahasiswa yang menyuarakan katanya “aspirasi rakyat” juga tidak benar-benar peka untuk mendengarkan suara rakyat. Mereka juga tidak benar-benar peduli dan tergerak hatinya untuk membantu, atau mungkin Cuma sekedar mengetahui dengan pasti kondisi masyarakat saat ini pun mereka enggan. Kebanyakan dari mereka, yang hanya terbatas jumlahnya ini mengetahui kondisi rakyat ya dari media. Atau mungkin mereka tau dari “bisikan” oknum politik yang bebas berkeliaran di dunia kampus.
            Sambil menikmati teh hangat, dan beberapa kue kering aku hanya bisa menggelengkan kepala. Ada beberapa mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasi, ternyata hanya ditunggangi oleh kepentingan yang tak bertanggung jawab. Apa jadi nya bangsa ini kalau semua mahasiswanya seperti itu?? Oh, mungkin tidak akan terjadi apa-apa. Negeri ini tidak akan berubah. Berjalan ditempat, sedangkan negeri lain telah berlari mengejar kemajuan zaman.
            Kupikir, ini wajar saja terjadi. Namanya saja mahasiswa, yang kuliahnya dibatasi waktunya selama 4 tahun. Apalagi kampus negeri, akan dengan senang hati men-drop out mahasiswanya yang tidak segera menyelesaikan study. Mahasiswa harusnya begini, mahasiswa harusnya begitu, banyak sekali tuntutan yang ditujukan kepada mahasiswa, tuntutan-tuntutan ini menyesatkan.
            Sedangkan mahasiswa pasif, dengan santainya menikmati indahnya masa kuliah. Sehabis belajar satu mata kuliah, mereka pergi ke kantin, kemudian ke kos. Tugas selalu nyontek, kuliah juga kadang titip absen. Herannya, kuliahnya bisa selesai tepat waktu. Walau kuliahnya terlihat malas-malasan. Tapi jangan salah, mahasiswa yang seperti ini kadang suka diterima kerja di perusahaan besar, menjadi pembesar perusahaan, atau menjadi seorang pejabat di pemerintahan.
            Ada juga mahasiswa pasif yang lulusnya terlambat, yah karena kebodohannya sendiri. Terlalu santai dan menganggap remeh temeh semua hal. Kemudian, terhambat lulus dan kena getahnya. Untungnya, mahasiswa jenis ini kena getahnya pada saat menjadi mahasiswa. Jadinya maklum, karena mereka bisa memperbaiki diri sedini mungkin. Orang-orang ini yang suksesnya lebih cepat di kehidupan nyata.
            Kampus itu simulasi kehidupan. Ada banyak faktor2 di dunia nyata dikesampingkan dulu di dunia simulasi. Dunia simulasi itu dunia yang aman, sedangkan dunia nyata itu dunia yang keras. Sekarang, mahasiswa yang manakah yang menyadari kerasnya dunia nyata itu lebih dulu? Yang tau dan mau berubah, serta pandai menyesuaikan diri. Dialah yang survive.
Di dunia primitif, yang kuatlah yang bertahan. Tampaknya sekarang juga masih berlaku.

By. Bara Lavashva

Provokator mahasiswa, Generasi Berbahaya Kampus STIEBBANK Yogyakarta.

Rabu, 20 November 2013

Hari Ulang Tahun.. (Hari H)

                Selasa, 19 November 2013 adalah hari ulang tahun ku. Ada yang berbeda pada ulang tahunku kali ini. Tidak ada lagi lagu ulang tahun, yang aku pikir lagunya itu terlalu usang. Tidak ada kado, yang dulunya aku selalu mendapatkannya. Di ultah ku yang ke 22 ini aku hanya merayakannya secara kecil-kecilan, bersama beberapa teman-temanku di kontrakan.  Ultah yang biasa namun terasa menggigit, dan menggelitik.
                Seperti biasa, aku selalu mengecek social media acap kali membuka mata saat subuh. Hari itu, sudah ada beberapa teman jauh yang mengucapkan selamat ulang tahun di facebook ku. Ada yang memang ingat, dan ada juga yang diingatkan oleh pemberitahuan berita melalui facebook. Sepertinya manusia sekarang tidak diwajibkan untuk mengingat lagi hari ulang tahun ya, hanya sekedar tegur sapa, karena bahagia seseorang tidak di dapat dari ulang tahunnya.
                Jeebb... Jeeebbb.. Getar HP androidku. Sambil terkantuk-kantuk aku mengeceknya, ada satu sms yang masuk. Namun tidak langsung aku buka, karena malam itu menunjukkan pukul 02.00 pagi. Siapa orang yang kurang kerjaan sms sepagi ini. Aku segera melanjutkan tidurku yang tertunda. Tunggu, aku masih penasaran dengan sms itu. Aku pun membalikkan tubuh berusaha untuk sadar sepenuhnya, dan kemudian meraih hape ku. Ternyata, ucapan selamat ulang tahun dari si Getoek, dan aku pun tersenyum seketika.
                Teringat awal pertama kali aku berjumpa dengan seorang gadis cantik, berkulit kuning langsat, memiliki bentuk wajah yang oval halus, tidak ada satupun jerawat yang berani menempel di wajahnya. Dipadu dengan balutan jilbab yang rapi, dan sebuah kacamata lucu khas, yang mencerminkan dia adalah orang yang rajin dan juga pandai. Namanya adalah Novita Sari, namun teman-temannya biasa memanggilnya dengan sebutan Getuk.
                Aku dan Getuk adalah teman dekat, sudah sekitar 4 tahun kami selalu bersama. Dia juga ulang tahun hari ini, kami terlahir dengan tanggal lahir yang sama. Karena aku terlahir pada pukul 2 malam. Maka aku menganggapnya seorang adik. Namun, ulang tahun kali ini aku berada di Jogja melanjutkan pendidikan ku. Sedangkan dia berada di Palembang, kota kelahiran nya. Jauh, tapi terasa kehangatan senyumnya berada disini saat dia mengucapkan selamat ulang tahun walau hanya lewat sms.
                Hari pun berlanjut, aku diberitahu kabar bahwa hari ini Alip sengaja mengundangku kekontrakannya, hanya untuk memasak pindang kesukaanku. Alip tidak biasa memasak, bahkan mungkin dia ketakutan untuk memasak, namun karena berjanji untuk memasakkan masakan enak saat aku ulang tahun, dia pun rela berkorban waktu dan tenaga untuk memasak.
                Yah, hari ini sangat menyenangkan ketika kau tau orang yang kamu suka memberikan sebuah surprise. Walau hanya sebuah pudding coklat yang ueennaakk banget.
                Eh, kok tulisanku berasa formal banget ya.. Hahaha. Inilah akibat kalo menulis tengah malam, lagi ngantuk dan gak ada kopi.  Kopi mana kopi?? Kopiiiii... :D
                Cerita berlanjut...
                “Kakak, gimana masakanku?” Tanya Alip dengan muka polos sekaligus cemasnya, menantikan aku menangggapi hasil masakannya hari ini.
                “Enak, tapi siapa yang bikin sambel?” Tanya ku dengan maksud menghilangkan rengekan si Alip. Karena ku tau, yang bikin sambel bukan Alip.
                “Yang bikin sambelnya Maul, kenapa hayo? Suka yaa? Hihihihi” Seringainya dengan nada menggoda.
                “Iya..” Jawabku datar, seketika aku melirik Maul. Yang dari tadi memandang kami dengan tatapan mata seolah-olah kosong.
                Kemudian aku meraih tangan si Maul, memegangnya dengan erat. Tapi tatapanku masih melihat sekeliling kontrakan. Memperhatikan teman-teman yang lain yang kemudian berkumpul untuk merayakan hari ulang tahunku. Menunggu dipersilahkan makan, tepatnya..
                “Sebelum makan, mari kita sama-sama berdo’a. Ayo do’akan saya agar selalu komitmen untuk menjadi orang yang sukses”. Kataku dengan lantang sebelum teman-teman yang lain memainkan jari-jemarinya untuk mengambil makanan.
                “Selamat makan kakak” Kata Inta, gadis cantik sok imut yang kadang kala galak dan jutek kepadaku. Kali ini dia bertingkah baik, mungkin karena aku ulang tahun. Atau mungkin memang sekarang hatinya lagi baik.
                Kuperhatikan lagi sekeliling ruangan, baru kusadari kalau ternyata aku adalah seorang laki-laki sendirian, karena teman-teman yang lain semuanya perempuan. Oh bukan, masih ada Teguh temanku laki-laki yang dari tadi seolah tidak diperhatikan.
                Selesai makan, si Maul dengan gerak gerik yang mencurigakan mengusirku untuk keluar kontrakan sebentar. Ada hal yang ingin dikerjakan katanya. Karena dia sudah terbiasa mengusirku, dan juga karena aku sudah terbiasa diusir, jadi hal ini sudah menjadi kebiasaan. << Kata-kata yang rancu!! :D
                Benar tebakanku, ternyata dia telah menyediakan surprise untukku. Dengan muka yang tampak gugup dan gemetaran, dia keluar dari dapur sambil membawakan sepiring puding, yang diatasnya terdapat enam buah lilin, tiga diantaranya menyala... Hahaha.. Saking gugupnya kali yaa. :D
                Dengan gaya sok santai aku mengeluarkan korek api dari saku celana jeans ku, kemudian perlahan menyalakan tiga buah lilin yang mati. Sambil kupegang tangan si Maul, menatap dalam matanya, dan kurasakan tangannya yang dingin perlahan menghangat. Sambil malu-malu, Maul melemparkan senyuman yang lebih mirip dengan seringai kepadaku. Tak berani menatap mataku lama-lama.. Oh, betapa indah nya moment ini. Betapa aku menikmatinya..
                Sambil berbisik “Happy Birthday Kak” Maul membuatku mati gaya. Lupa sesaat apa yang harusnya aku lakukan. Kulihat sekeliling, ternyata sudah ada Alip, Inta dan Fitri. Berdiri melingkar seakan sedang menyaksikan sebuah drama korea dari jarak dekat.  Berdiri sambil menahan senyuman, seolah sedang menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
                Wooosshhhh.. Kutiup lilin di atas puding itu. Terdengar suara tepuk tangan dari ketiga makhluk kecil bermata dan bersuara ini. Mereka bertiga tidak terlihat, seolah disana aku berdiri menghadap Maul, berdua saja...


                ‘to be continued....’

Selasa, 19 November 2013

Hanya Sekedar Menulis

           Bertemu kertas kosong lagi.. Yeah. Hari ini gue mau belajar menulis, awalnya sih ingin mencari materi buat stand up comedy Show besok sabtu malam. Tapi belum dapat inspirasi jadinya ya tulis aja. Seperti yang di bilang sama dosen bimbingan penulis saya Om Kunto. Om Kunto, nama yang aneh, orang nya juga gak kalah anehnya. Namun beliau adalah salah satu manusia gila, yang dapat memerintahkan saya menulis, padahal saya termasuk orang yang paling tidak suka menulis.
           Pagi ini Saya di temani oleh dua batang rokok, yang dibeli ketengan. Maklumlah anak kos uang sakunya terbatas. Dan segelas kopi Good Day Coolin panas yang ketika diseruput, ada sensasi dingin merasuk ke tenggorokan. Tenggorokan apa kerongkongan? Gak taulah, saya bukan anak biologi. Hahaha.
Tiba-tiba, saya di chat sama Hana seorang wanita yang cantik dan juga imut, serta sering sekali memberikan perhatian kepada saya. “Kak, kenapa gak masuk? Buruan masuk gih.. Ada proyek” Tulisnya di chat itu. Saya merasa malas sekali untuk masuk kelas hari ini, entah kenapa saya merasa kuliah kali ini seperti bermain-main saja. Oh ya, saya kuliah di STIEBBANK Yogyakarta, yang katanya “Kampus Pencetak Pengusaha”
           Saya merasa bangga kuliah di kampus ini, kampus pencetak pengusaha. Tapi sampai saat ini, mahasiswanya satu persatu mengundurkan diri secara tertib. Saya tidak mengerti, apakah memang karena mahasiswanya yang tidak tahan, atau karena kampusnya yang salah. Terserah, bagi saya, selama beberapa orang pengusaha hebat yang kuliah disini tidak mengundurkan diri, saya akan tetap bertahan disini. Setidaknya, orang hebat saja tidak mengundurkan diri, kenapa saya harus?
           Masih sambil chat dengan Hana, kali ini saya menyuruhnya untuk fokus mengerjakan tugas kuliah, sedangkan saya fokus untuk menulis ini. Hahaha. Hal yang aneh, terkadang hal ini yang membuat diri saya merasa aneh dan merasakan sensasi-sensasi baru dalam hidup.
            Ternyata saya tidak sendirian yang bolos, ada teman sekelas saya Hasan yang juga datang terlambat. Hahaha. Kenapa harus bangga ya? :D Oh ya, Hasan ini adalah salah satu teman saya yang sangat berbakat dibidang seni musik. Dengan gitar kesayangannya yang selalu dia bawa kemana-mana, yang harganya mungkin diatas 2 juta-an. Hasan selalu membawa sensasi ceria di kampus, satu petikan jari tangannya yang mahir memainkan gitar, bisa membawa suasana happy terbawa alunan musik yang enak untuk di dengar.
“San, Kenapa gak masuk?” tanya saya ketika dia datang ke arah saya dengan membawa segelas energen coklat hangatnya. “Gua ada urusan dengan Tuhan bro, baru aja dipanggil Tuhan” jawabnya dengan senyuman simpul hangat menodong ke arah saya. Saya membalas senyumnya dengan perasaan yang tergelitik, Tuhan bisa memanggil ciptaannya dan mengembalikannya dengan nyawa yang utuh. :D
              Kembali dengan kesibukan dan aktifitas masing-masing. Hasan sibuk menelpon kliennya, sedangkan saya sibuk menulis cerita ini. Sibuk? Hahaha. Terkadang ini aneh, ini hanya kegiatan selingan yang menciptakan kata dari pikiran. Ini gak sibuk, tapi menyenangkan. J menulis itu menyenangkan. Dan tidak terasa, sudah berapa paragraf yang telah saya tulis. Ada yang menghitung? :D
Selesai dengan kesibukannya, Hasan menawarkan bermain badminton di gereja depan. Dan saya meng-iyakan. Kembali kita bercerita dan mengobrol sedikit yah, mungkin obrolannya terlalu panjang untuk diceritakan.

          Beberapa menit menunggu, tanpa inspirasi...

            Tiba-tiba Hasan mengeluarkan gitar kesayangannya dan melantunkan sebuah lagu, Dealova. Sepertiya dia bisa membaca situasi dan memecah keheningan, atau memang jari-jarinya sudah gatal untuk bermain bersama gitar kesayangannya. Yang jelas, saya mendapat inspirasi lagi buat menulis. Hahaha.
Semakin lama, semakin saya mengikutinya untuk menyanyi, walau hanya menyanyi di dalam hati. Tidak terasa juga, kepala saya seperti terhipnotis bergoyang mengikuti alur musik yang dimainkan Hasan. Memang benar, musik itu bisa menghipnotis. Dan saya termasuk salah satu orang yang menikmatinya.
             Sambil mendengarkan musik, saya terfokus melihat handphone saya yang dari tadi membisu. Kemana Hana? Kemana Maria? Yang tadi chat, namun gak dibales lagi? Ahh sudahlah, mungkin mereka berdua ada kesibukan yang menyenangkan dikelas, atau juga kesibukan yang membosankan.
Hari ini kuliah apa ya? Saya ingat, hari ini ada mata kuliah Aplikom, Aplikasi Komputer Bisnis. Saya ingat dosennya bernama pak Djaja. Dosen yang menurut saya orang yang cerdas dalam hal akademik, namun dalam hal kekuatan sosial ada mahasiswa di kelas kami yang dapat mengalahkannya. Yah begitulah, terkadang teman-teman dikelas menganggapnya seorang dosen yang tidak ingin dikalahkan oleh mahasiswa, karena setiap ada pertanyaan pak Djaja selalu saja dapat menjawabnya dengan singkat, padat, dan jelas, yang kadang membuat teman-teman saya jengkel.
             Lebih enak diluar kelas apa didalam? Ini mungkin pertanyaan fatamorgana. Mungkin bagi yang berada di dalam ruangan, ketika ruangan terasa membosankan mereka berteriak di dalam hati “Aku ingin keluarrr!!”. Atau mereka tidak memperhatikan pelajaran sambil menatap kosong keluar kelas dan bergumam “Kapan kuliah ini berakhir”.
               Bagi yang berada diluar kelas, seperti aku dan Hasan. Tidak ada pemandangan yang menarik di luar kelas. Apalagi kampus STIEBBANK ini kecil. Hanya ada beberapa tukang yang sedang mengerjakan pekerjaan gazebo. Lihatlah tukang-tukang itu, bekerja dengan santai pelan, mungkin terlalu pelan untuk seorang tukang. Mungkin mereka menikmati pekerjaannya, sebagai Tukang.
                Seharusnya saya duduk disini mencari inspirasi untuk membuat materi stand up comedy, apa yang terjadi? Saya sudah membuat cerita ini sampai disini. Cukup panjang untuk seorang pemula. Tampaknya ini perlu diapresiasi, mungkin akan saya kirimkan ke Om Kunto agar bisa di koreksi oleh beliau, atau mungkin diacak-acak oleh beliau. Terserah, saya senang punya guru seperti beliau. Guru yang keren, Om yang aneh. Karena saya termasuk salah satu spesies manusia yang aneh bagi orang-orang diluar sana. Tapi saya menikmatinya.
                Hey, seandainya kamu duduk disini bersama saya, kamu akan menikmati alunan musik yang indah yang dimainkan Hasan. Dia sedang mengasah skill melodinya di dekat saya, yah tepat di dekat saya. Saya pun terpengaruh untuk mendengarkan, dan tentunya gratis. Hahaha. Gratis.. Mental gratisan. J
Saya pun mengambil sebatang rokok lagi, ini sebatang rokok yang terakhir untuk selamanya. Karena saya sudah bertekat untuk tidak merokok lagi. Bukan karena saya peduli kesehatan, tapi karena saya sampai sekarang belum menghasilkan uang sepeserpun. Selama 3 bulan disini kota Yogyakarta, sudah 3 juta lebih hutang yang saya tumpuk. Gila.. Kalo ada seminar yang menyuruh saya untuk menjadi orang gila, mungkin pembicaranya akan saya tampar! Tidak ada orang gila yang sukses, Orang gila selalu menjadi gelandangan yang telanjang di pinggir jalan. Atau mungkin berada terkurung di Rumah Sakit Jiwa.
              Orang-orang sukses diluar sana bukanlah orang Gila. Mereka lah orang-orang yang hebat, disebut gila padahal sebenarnya mereka sadar. Orang awam yang mendengar kalo orang sukses adalah orang yang gila, akan mensugesti di pikiran alam bawah sadarnya “aku harus menjadi orang Gila”. Seperti yang saya lakukan dulu, saat tamat SMA.
               Hey bung, tidak semua orang yang mendengarkan seminarmu orang yang cerdas. Tidak semua orang yang mendengarkan celoteh gilamu orang yang kritis. Ini teriakan dalam hati saya, ada banyak orang diluar sana yang mudah tersugesti, mudah terhipnotis, dan mudah percaya tanpa banyak pikir panjang. Kasian, ketika mereka ingin mengubah nasib mereka, mereka malah tersesat di ranah berfikir yang absurd. Sudahlah, emosi saya langsung naik ketika menuliskan ini. Mungkin karena saya dulu adalah korban seminar. Hahahaha.
              Kembali lagi saya mendengarkan musik dari Hasan, Kali ini lagu nya Malik tanpa judul. Teringat kembali saat masa Jomblo, jauh sebelum saya mengenal game of relationship, sebuah permainan yang membuat hidupmu lebih menyenangkan bahkan saat kamu tidak memiliki pacar, yang membuat semua wanita mendekat kepadamu. Ahh, sebuah permainan yang indah.  Sekarang, beberapa teman saya di kampus ini meminta saya untuk mengajarkan mereka permainan ini. Permainan orang gila. Hahahaha. Gak nyambung...
Ternyata kelas Aplikom sudah bubar, benar tebakan saya. Anak-anak kelas tidak fokus memperhatikan  pelajaran. Ketika ditanya gimana pelajaran, jawabnya selalu sama “Gw tidak terlalu memperhatikan bro..” hahaha. Sungguh gila. Gak nyambung...



“BE YOUR BEST SELF”

Profil Mahasiswa STIEBBANK

                Haloo, perkenalkan nama saya BARA, saya anak pertama dari 3 bersaudara, saya kelahiran 19 November 1991. Sebenernya nama asli saya adalah Eko Wahyu Wibowo, salah satu mahasiswa STIEBBANK angkatan September 2013. Tapi sudah terlanjur memiliki nama panggilan BARA. Dan sudah dikenal oleh hampir seluruh civitas akademika STIEBBANK.
                Nama itu penting, dan nama itu adalah senjata utama untuk menjual diri anda. Maksudnya, orang tidak akan mengenal anda jika nama anda susah untuk dikenal orang banyak. Ketika nama anda simple, mudah diingat, dan tidak sama dengan nama orang lain, maka anda akan menonjol dan akan mudah mendapatkan banyak teman, dan tentunya akan menambah penghasilan.
                Saya kuliah di jurusan manajemen, why? Karena saya orangnya susah untuk diatur, makanya saya mempelajari  ilmu manajemen sebenernya untuk bisa mengatur diri saya sendiri, ketika saya bisa mengatur diri saya sendiri tentunya akan mudah untuk mengatur orang-orang di organisasi bisnis saya nantinya. J
                Pada kelas mata kuliah Entrepreneurship kemarin, ada suatu hal yang menarik yang saya temui. Saat itu sedang mempelajari ilmu Public Speaking bersama bunda Martha Sasongko. Hal menariknya adalah, Ketika para mahasiswa disuruh untuk menuliskan 10 kekurangan yang mereka miliki dalam waktu 30 detik, Semua mahasiswa menulisnya dengan bersemangat sekali, dan dalam sekejap tertulislah 10 kekurangan pada masing-masing kertas mahasiswa. That’s Great...
Kemudian, ketika para mahasiswa ditanya apa kelebihan yang kalian miliki? Dan disuruh menuliskan minimal 10 kelebihan, dalam waktu 1 menit. Tidak banyak mahasiswa yang berhasil melakukannya. Kenapa? Karena mereka kurang mengenal diri mereka sendiri, kebanyakan dari mereka lebih mengenal diri mereka dari apa kata orang lain. Itu juga alasan mengapa mereka sulit untuk menuliskan apa saja kelebihan mereka.
                Bagaimana dengan saya? Oke, alhamdulillah saya dengan mudah menuliskan kelebihan saya. Apa saja yang saya tulis, ini dia..
1.       Ganteng
2.       Berpenampilan Menarik
3.       Mudah dikenal
4.       Cerdas
5.       Penulis
6.       Percaya diri
7.       Jago menggambar
8.       Punya usaha kaos @uteunsri
9.       Pandai bercerita
10.   Rajin bangun pagi
Bagaimana? Simple kan? 10 butir kelebihan dalam waktu tidak sampai 1 menit.
                Mungkin sebagian orang tidak percaya dengan apa yang saya tulis, tapi terserah. Yang penting saya percaya diri dengan apa yang saya tulis. Dan tidak banyak orang yang bisa menuliskan itu dalam waktu 1 menit. Bangga dong.. hahaha. :D
                Sekarang, mengapa saya bisa menuliskannya dalam waktu singkat? Apa sebenernya yang saya lakukan? Apa sih rahasianya?
1.       Mengenal Konsep “Be Your Best Self”
Banyak orang suka mengatakan, “Jadilah dirimu sendiri apa adanya”. Makanya banyak orang yang menjadi biasa-biasa saja, apa adanya. Kata-kata ini kadang menjadi racun bagi orang yang menutup diri. Karena dirinya sendiri cenderung tertutup, maka menjadi dirinya sendiri berarti menjadi tertutup. Apalagi orang yang males, menjadi diri sendiri akan menyebabkan dia menjadi orang yang tambah malas. Makanya, saya tidak pernah menjadi diri sendiri, karena saya orangnya cenderung pendiam, mudah tersinggung, dan penyendiri.
Jadi, dari pada menerapkan kata “Jadilah diri sendiri” lebih baik Saya selalu menerapkan kata “Be Your Best Self”,  Jadilah dirimu yang TERBAIK!!! Why? Karena dengan begitu, saya bisa menggali potensi yang ada pada diri saya sendiri. Pertanyaannya, apakah diri kamu yg sekarang sudah merupakan dirimu yang terbaik? Jawabannya pasti tidak.
Terus, Apa yang saya lakukan kemudian? Sekarang silahkan ambil kertas dan alat tulis, kemudian catat apa yang perlu anda catat.... Saya selalu menuliskan beberapa pertanyaan di atas kertas, kemudian saya tulis sendiri jawabannya. Pertanyaannya antara lain, Siapa sebenarnya diri saya? Apa kekurangan saya? Apa yang bisa saya lakukan dgn kekurangan itu? Apa kelebihan saya? Apa yang bisa saya lakukan dengan kelebihan itu? Apa hasilnya? Apa hasilnya jika yang saya lakukan lebih baik lagi dari ini? Bagaimana cara saya melakukannya? Bagaimana jika saya harus menjadi yang terbaik? Apa yang akan saya lakukan kemudian?... Dan beberapa pertanyaan lain yang timbul setelah jawaban ditemukan. Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, maka saya selalu menyajikan diri saya yang terbaik, selalu ingin menjadi yang terbaik, dan selalu ingin berbuat yang terbaik untuk diri saya sendiri, orang tua, agama, dan negara saya Indonesia.
Ayoo, sama-sama kita tulis jawabannya pada kertas yang sudah anda siapkan. :D
2.       Bersyukur
Hal ini lah yang penting, bersyukur karena Tuhan menciptakan manusia itu dengan berbagai kelemahan dan kelebihan. Bersyukurlah, karena hingga saat ini kita masih diberikan nafas, untuk selalu berbuat kebaikan. Masih diberikan nyawa, agar kita selalu berkarya. Masih diberikan akal untuk berfikir dan bertanya, apa yang bisa saya ciptakan hari ini dan esok hari. Bersyukur, karena Tuhan menyadarkan kita akan kekurangan kita, karena itu kita dipertemukan dengan orang lain yang dapat menutupi kekurangan kita. Alhamdulillah...
3.       Visualisasikan apa yang anda tulis, SETIAP HARI!!!
Inilah yang paling penting, yaitu visualisasi. Bayangkanlah setiap pagi, akan menjadi seperti apa kita hari ini, esok, dan beberapa tahun yang akan datang. Saya selalu melakukannya setiap bangun tidur setelah sholat subuh. Saya memvisualisasikan kalo saya sedang berada di atas sepeda motor Sport warna merah, karena inilah mimpi saya dlm waktu dekat ini. Saya selalu memvisualisasikan mimpi saya yang lain, menyerap rasa bahagia yang tercipta saat itu. Menyerap semua emosi yang tercipta, agar kita bisa mewujudkan yang lebih baik lagi dari itu.
Makanya saya selalu bilang pada diri sendiri....
“Be Your Best Self, Bro..!!!”
By. Eko Wahyu Wibowo, a.k.a BARA
@BaraLavashva